Yogyakarta, 3 Februari 2020 – Hari ini Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada menggelar acara pengukuhan gelar doktor kepada dr. Waldensius Girsang, Sp.M(K), dokter spesialis mata JEC Eye Hospitals and Clinics, sub spesialis Vitreoretina dan Katarak. Acara berlangsung di Auditorium FK-KMK Universitas Gadjah Mada di mana dr. Waldensius Girsang, Sp.M(K) memaparkan hasil penelitiannya dalam disertasi yang berjudul “Pengembangan Metode Baru Retinektomi Relaksasi Radial yang Efektif dengan Efek Samping Minimal pada Ablasio Retina dengan Vitreoretinopati Proliferatif Tingkat Lanjut” di hadapan para guru besar, tim penguji, dan undangan.
Ablasio retina adalah kondisi lepasnya retina dari jaringan belakang bola mata. Kondisi ini harus segera ditangani untuk mempertahankan fungsi penglihatan dan mencegah kebutaan. Vitreoretinopati proliferatif (atau proliferative vitreoretinopathy– PVR dalam bahasa Inggris) adalah kondisi yang muncul akibat lepasnya retina karena robekan atau lubang di retina (ablasio retina rhegmatogen). Kondisi ini akan mengurangi tingkat keberhasilan operasi penempelan retina. Penanganan ablasio retina rhegmatogen yang disertai PVR umumnya dilakukan dengan operasi menggunakan minyak silikon.
Ablasio retina rhegmatogen yang disertai dengan PVR tergolong kasus yang cukup sulit dalam bidang bedah vitreoretina. Dokter Waldensius Girsang mengangkat permasalahan ini sebagai topik disertasinya dan mengembangkan metode/teknik baru retinektomi relaksasi radial sebagai teknik bedah yang sangat membantu dalam kasus ablasio retina dengan PVR tingkat lanjut. Menggunakan metode retinektomi relaksasi radial, operasi penempelan retina dapat dilakukan dengan tamponade gas yang sebelumnya menggunakan minyak silikon. Pemantauan pasien dilakukan selama 6 bulan pascaoperasi agar lama pengamatan hasil operasi menunjukkan hasil yang cukup mewakili keadaan praktik sehari-hari. Metode retinektomi relaksasi radial dengan tamponade gas ini mendapatkan angka keberhasilan yang memuaskan, baik secara anatomis maupun fungsional serta efek samping yang relatif rendah. Selain itu, tindakan ini dapat mempercepat dan menghemat biaya operasi karena memungkinkan penggunaan gas pada kasus ablasio retina rhegmatogen dengan PVR sehingga tidak perlu dilakukan dua kali operasi pada teknik yang biasa dilakukan. Secara umum, hasil dari penelitian ini menunjukkan angka keberhasilan yang lebih baik dari sejumlah penelitian terdahulu dengan berbagai variasi teknik retinektomi.